Seperti Anak dan Ayah, Henry dan Wenger Juga Sering Bertengkar
Seperti Anak dan Ayah, Henry dan Wenger Juga Sering Bertengkar
Seperti Anak dan Ayah, Henry dan Wenger Juga Sering Bertengkar
Bertengkar, berdamai, berdebat, berkawan; begitulah hari-hari Thierry Henry dan Arsene Wenger selama masih di Arsenal. Persis seperti hubungan anak dan ayah.
Hanya karena jabatannya sebagai pelatih dan bos, bukan berarti hari-hari Wenger dan timnya adem-ayem melulu. Perdebatan, pertengkaran, dan konflik adalah bumbu yang suka atau tidak suka harus dihadapi.
Besi menajamkan besi, manusia menajamkan manusia. Ungkapan itu sepertinya cocok menggambarkan pasang-surut yang muncul saat Henry berstatus sebagai anak didik Wenger di Arsenal.
"Arsene adalah figur ayah buat saya. Seperti dengan ayah kita masing-masing, saya berdebat dengannya. Saya juga berteriak dengannya,kok. Setelah itu dia menghukum saya," kenang Henry, dilansirSky Sports.
Perjalanan Henry di Arsenal dimulai pada 1999. Ia menjejak ke Emirates setelah membela Juventus sekitar,yaaaah… tujuh atau delapan bulan. Sejak saat itu dimulailah hubunganroller coaster-nya bersama Wenger.
Yang membuat Henry sangat menghormati Wenger adalah kegigihan sang pelatih untuk memaksanya berpikir. Yang dibutuhkan seorang pesepak bola untuk menjadi pemain hebat bukan cuma fisik, tetapi kecerdasan. Itulah sebabnya Wenger memaksa Henry untuk terus menggunakan otak saat berlatih dan bertanding.
"Arsene memancing otak saya untuk berpikir. Setiap hari dia selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya berpikir," jelas Henry.
Pemain asal Prancis ini memutuskan untuk meninggalkan Arsenal pada 2007. Pilihannya tidak tanggung-tanggung, Barcelona. Di klub Catalunya ini ia bertemu dengan pelatih begitu tekun mendedah taktik sampai skala mikroskopis.
Siapa lagi orangnya kalau bukan Pep Guardiola?
"Lalu saya bertemu dengan Pep [Guardiola] yang juga mengasah otak saya dengan taktik. Dua orang ini sangat berdampak pada kehidupan saya. Namun, saya tidak bisa membicarakan karier tanpa menyebut Arsene," jelas Henry.
Hari-hari roller coaster Henry tidak berakhir sia-sia. Ia mempersembahkan enam gelar juara untuk Arsenal dan tujuh trofi untuk Barcelona.
Rasanya waktu-waktu penuh perdebatan itu juga membuat Piala Dunia 1998 [Henry masih di Monaco -red] tidak menjadi satu-satunya gelar juara yang diangkat Henry bersama Timnas Prancis.
Pada 2000, ia menikmati seperti apa rasanya menjadi juara Piala Eropa dan tiga tahun berselang, ia berdiri di podium juara Piala Konfederasi FIFA.
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.